Sabtu, 24 Desember 2016

MAKALAH SOIP HOMOGENISASI DAN EMULSIFIKASI

MAKALAH SOIP
HOMOGENISASI DAN EMULSIFIKASI
OLEH:
Eka murniati
BP 1301331002
Pembimbing:
Sri Kembaryanti Putri. ST. M. eng









PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2013



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur tak lupa penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karuniaNya penulisan makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu yang telah di tentukan.  Dimana penulisan makalah ini penulis beri judul “ homogenisasi dan emulsifikasi“.
            Setelah membaca makalah ini , penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak, agar kekurangan-kekurangan itu dapat penulis perbaiki, untuk masa-masa yang akan datang.
            Akhirnya penulis mengharapkan, dengan adanya makalah ini semoga ada manfatnya bagi kita semua untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Tanjuang pati, 2013

Eka Murniati





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................            i
DAFTAR ISI ................................................................................................           ii
I.          PENDAHULUAN ...............................................................................           1
1.1. Tujuan ...........................................................................................           1
1.2. Penulisan .......................................................................................           1
II.          LANDASAN TEORI ........................................................................            2
III.       Hasil dan Pembahasan ......................................................................           3
3.1.Pencampuran ..................................................................................          3
3.2.Homogenisasi..................................................................................          3
3.2.1        Pengaruh Homogenisasi terhadap Stabilitas Emulsi...........          4
3.2.2        Alat Homogenisasi..............................................................          4
3.3.Emulsifikasi....................................................................................          5
3.4.Produk Olahan Menggunkan Homogenisasi Dan Emulsifikasi......         7
3.5.Beberapa Alat Pencampur..............................................................         10
IV.       PENUTUP...........................................................................................         17
4.1.Kesimpulan ....................................................................................        17
4.2.Saran ..............................................................................................        17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................          18


I.     PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknik homogenisasi dan emulsifikasi ini merupakan suatu proses yang ada didalam satuan operasional industri pangan. Teknik ini nantinya berguna untuk menghomogenkan dua atau lebih suatu komponen yang akan dicampurkan. Homogenisasi dan emulsifikasi merupakan bagian dari proses pencampuran.

1.2. Tujuan penulisan
Tentunya penulisan makalah ini memiliki tujuan baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai beikut:
Ø  Penulis lebih bisa memahami apa yang dimaksud dengan homogenisasi dan emulsifikasi.
Ø  Pembaca mengetahui lebih dekat mengenai peralatan dan olahan yang ada dengan teknik homogenesisasi dan emulsifikasi.
Ø  Tujuan pencampuran adalah memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan tercampur.
Ø  menekankan pemahaman tentang emulsi serta aplikasinya.
  
II.      LANDASAN TEORI
Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain (Madinah, 2008).
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pencampuran   antara  lain adalah: ukuran  partikel, bentuk,  dan  densitas  dari  masing-masing  komponen,   efisiensi alat pencampur untuk masing-masing komponen, kadar air permukaan bahan pangan, dan karakteristik aliran masing-masing bahan pangan (Fellows, 1988).
Homogenisasi adalah operasi ganda penurunan droplet (ukuran partikel) dari fase terdispersi dan sekaligus mendistribusikannya secara uniform ke dalam fase kontinu. Jika fase terdispersi ini adalah liquid, maka yang diperoleh adalah emulsi setelah homogenisasi, dan jika solid yang dihasilkan adalah suspensi. Untuk menghomogenisasi suatu campuran , maka campuran tersebut haruslah mempunyai konsistensi yang mudah untuk diperlakukan seperti fluida, karena homogeniser umumnya dilengkapi dengan pompa (Wirakartakusumah, 1992).

III.   HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.   Pencampuran
Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk menemukan produkfarmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan. Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain. Proses ini melibatkan pencampuran gas, cairan atau padatan dalam setiap kombinasi dan rasio dua atau lebih komponen yang mungkin (Madinah, 2008).
Tujuan pencampuran adalah untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan tercampur yang dapat ditentukan dengan mengambil sampel dari bagian terbesar bahan dan menganalisisnya, yang harus mewakili komposisi dari keseluruhan campuran. Untuk  memulai atau meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti difusi, disolusi, dll (Madinah, 2008).

3.2.  Homogenisasi
Homogenisasi merupakan proses mengubah dua cairan yang sifatnya
immisible (tidak bercampur) menjadi sebuah emulsi. Prinsip kerja homogenizer
rotor stator adalah mengecilkan ukuran partikel emulsi dengan menggerus dan
memotong partikel emulsi yang besar dengan rotor (bergerak) dan stator (diam)
menjadi partikel yang lebih kecil. Emulsi akan tertarik oleh dorongan pusaran
rotor stator kemudian masuk kedalam batang rotor stator. Emulsi kemudian
didorong keluar oleh pemotong partikel (rotor) homogenizer setelah penggerusan (shear force). Frekuensi droplet masuk kedalam rotor stator homogenizer sejalan dengan lamanya homogenisasi.

3.2.1.      Pengaruh Homogenisasi terhadap Stabilitas Emulsi
Kestabilan emulsi merupakan proses pemisahan emulsi yang berjalan lambat sehingga proses tersebut tidak teramati selama selang waktu yang diinginkan. Pengaruh perlakuan kecepatan putaran homogenizer dan waktu homogenisasi terhadap stabilitas emulsi diukur dengan mengukur kemampuan pembentukan emulsi setelah dilakukan pemanasan dan sentrifugasi.
Menurut Fajariyanto (1987) Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang besarnya bergantung pada komposisi emulsi dan metode pengolahan.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi stabilitas emulsi terdiri dari tipe dan
konsentrasi bahan pengemulsi, jenis dan konsentrasi komponen-komponen fasa
terdispersi dan fase pendispersi, viskositas fasa pendispersi, perbandingan fasa
terdispersi terhadap fasa pendispersi, dan ukuran partikel. Sedangkan factor-faktor
eksternal yang mempengaruhi stabilitas emulsi terdiri dari pengadukan atau
pengocokan, penguapan dan suhu. Stabilitas emulsi juga tergantung pada ukuran droplet pada fase terdispersinya. Ukuran droplet yang semakin kecil menandakan produk emulsi yang semakin stabil. Ukuran droplet emulsi diukur dengan menggunakan alat Particle Size.
3.2.2.      Alat Homogenisasi
  1. Viscolizer, atau sonic vibrator
  2. Menggunakan beberapa menit energi habis untuk menghancurkan lemak.
  3. Lebih dari 99% energi diubah menjadi panas
  4. Prinsip: produk melewati lubang sempit, sehingga glubula lemak menjadi lebih kecil
  5. Vibrasi rata-rata 360 putaran/detik.
3.3.  Emulsifikasi
Emulsifikasi dapat terjadi pada air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Jika kita hendak mencampurkan keduanya, maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara dua zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) di dalam cairan lainnya (fase kontinyu). Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih bahan kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi. Makanan atau minuman olahan yang terdiri dari lemak/minyak dan air secara bersamaan maka di dalamnya pasti ada bahan pengemulsi. Sebab jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan terjadi pemisahan antara keduanya.
 Emulsi disebut juga suatu sistem yang terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi. Aktivitas emulsi protein adalah kemampuan protein mengambil bagian dalam pembentukan emulsi dan dalam menstabilkan emulsi yang baru terbentuk.
Kapasitas emulsi adalah kemampuan larutan atau suspensi protein untuk mengemulsikan minyak. Sedangkan stabilitas emulsi adalah kemampuan droplet emulsi untuk tetap terdispersi tanpa mengalami koalesens, flokulasi, dan creaming. Berdasarkan mekanisme hidrofobisitas, protein ampifilik yang memiliki hidrofobisitas permukaan yang tinggi diadsorpsi pada permukaan minyak/air.
Fungsi-fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama yaitu :
1.      Untuk mengurangi tegangan permukaan pada permukaan minyak dan air, yang mendorong pembentukan emulsi dan pembentukan kesetimbangan fase antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan yang memantapkan antara emulsi.
2.      Untuk sedikit mengubah sifat-sifat tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan protein.
3.      Untuk memperbaiki tekstur produk pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.
Sistem kerja emulsifier berhubungan erat dengan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial). Selama emulsifikasi, emulsifier berfungsi menurunkan tegangan interfasial sehingga mempermudah pembentukan permukaan interfasial yang sangat luas. Bila tegangan interfasial turun sampai di bawah 10 dyne per cm, maka emulsi dapat dibentuk. Sedangkan bila tegangan interfasial mendekati nilai nol, maka emulsi akan terbentuk dengan spontan. Penerapan metode kimia dan enzimatis untuk memodifikasi sifat kimia dan fungsional dari protein makanan memiliki sejarah panjang dari penggunaan, modifikasi protein secara kimiawi dan enzimatis sering dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat fungsionalnya, yaitu kelarutan, kapasitas penyerapan air, sifat pengemulsian, dan pembuihan. Modifikasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan cepat dan biaya rendah, namun berperah terhadap nilai gizinya. Sedangkan modifikasi secara enzimatis membutuhkan jenis enzim dan kondisi proses yang spesifik, meskipun pengaruhnya terhadap nilai gizi kecil. seperti digambarkan oleh modifikasi enzimatik protein susu untuk menghasilkan yogurt dan keju.

3.4.  Produk Olahan Menggunkan Homogenisasi Dan Emulsifikasi
1.    Keju
Keju berasal dari protein susu (kasein) yang digumpalkan, kemudian dicetak. Penggumpalan kasein dapat terjadi akibat aktivitas enzim renin ataupun aktifitas bakteri asam laktat. Penambahan asam laktat ke dalam susu akan menyebabkan kasein menggumpal dan menimbulkan cita rasa serta aroma keju. Bakteri asam laktat yang biasa digunakan dalam proses pembuatan keju adalah Lactobacillus dan Streptococcus.
2.    Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman susu asam yang dibuat dengan cara menambahkan bakteri laktat, misalkan Strptococcus Thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus ke dalam susu. Bakteri laktat berfungsi untuk mengumpulkan protein susu dan meningkatkan citarasa serta aroma yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, kemudian sebagian besar lemaknya dibuang. Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri asam laktat L. bulgaricus atau S. thermophikus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dalam jumlah yang seimbang, lalu disimpan dalam suhu 45˚C selama lima jam. Dalam penyimpanan ini pH turun menjadi 5,5 akibat aktifitas bakteri asam laktat. Setelah proses ini, susu didinginkan dan dapat ditambahkan cita rasa buah jika diinginkan.
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) di dalam cairan lainnya (fase kontinyu). Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih bahan kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi.
3.    Roti  
Pembuatan roti memerlukan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae. Mikroorganisme tersebut akan memfermentasikan gula di dalam adonan menjadi CO dan alkohol sehingga adonan mengembang. Dalam proses ini, ragi tidak memecah tepung menjadi gula karena tidak menghasilkan enzim amilase. Selain untuk mengembangkan dan meberikan rasa saat dipanggang, uap CO hasil fermentasi ragi juga meninggalkan tekstur yang khas dan menyebabkan roti menjadi ringan.
4.    Mentega
Dalam pembuangan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambahkan dengan cita rasa tertentu,kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap makan.
5.    Kecap
Pembuatan kecap memerlukan jamur Aspergillus oryzae. Jamur ini ditimbulkan dalam kulit gandum terlebih dahulu. Selanjutnya, jamur bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang sudah dimasak akan menghancurkan campuran gandum. Setelah melalui fermentasi karbohidrat yang cukup lama maka dihasilkan kecap.
6.      Susu
Susu merupakan cairan yang dihasilkan dari kelenjar mamae (ambing) yang dihasilkan oleh binatang mamalia untuk makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Proses pembuatan susu melalui beberapa tahap yaitu, pasteurisasi, homogenisasi, pengemas (packing), ice bank, tanki.

3.5.  Beberapa Alat Pencampur
1.      Spatula
Spatula biasanya digunakan untuk memindahkan bahan padat seperti serbuk, salep, atau krim. Mereka juga digunakan untuk mencampur bahan bersama-sama menjadi campuran homogen. Spatula tersedia dalam stainless steel, plastik dan hard rubber. Jenis spatula yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dipindahkan atau dicampur (Madinah, 2008).

2.      Mortar dan Stamper
Mortar dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk halus (triturasi). Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel lebih lanjut. Mortar dan stamper terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau marmer. Kaca lebih baik digunakan untuk pencampuran bentuk sediaan cairan dan semi padat (Madinah, 2008).
3.      Ointment Slab
Sama halnya dengan mortar, stamper, dan spatula, ointment slab merupakan andalan di pengaturan farmasi. Ointment slab memberikan permukaan yang keras dan bersih untuk pencampuran senyawa. Sebagian besar ointment slab berupa plat kaca yang permukaannya non-absorbable. Untuk beberapa peracikan, apotek banyak membeli kertas perkamen yang melayani tujuan yang sama ketika ditempatkan di atas slab salep, tapi mudah dibuang setelah digunakan tanpa pembersihan yang diperlukan termasuk antara campuran (Madinah, 2008).
4.      Blender
Blender dilengkapi dengan pengadukan pisau, melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi akan memberikan energi kinetik yang dapat menggerakkan cairan dalam wadah sehingga dapat mendispersikan fase dispersi ke dalam medium dispersinya. Selain itu blender juga dapat menghomogenkan campuran dan memperkecil ukuran partikel. Dengan adanya pengadukan mengakibatkan terjadinya tumbukan antarpartikel dispers. Bila tumbukan terjadi terus-menerus maka terjadi transfer massa sehingga ukuran partikel menjadi semakin kecil. Ukuran partikel yang kecil biasanya sukar homogen karena gaya kohesivitasnya tinggi sehingga cendrung memisah. Namun kelemahan alat ini adalah muah terbentuk buih/busa yang dapat menggangu pengamatan selanjutnya. Penggunaan emulgator hidrokarbon akan membuat makromolekul dari hidrokarbon terpotong-potong sehingga dapat mempengaruhi kestabilan emulsi yang terbentuk (Lieberman HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun, 2012).

5.      Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers kemudian meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya meningkatkan viskositas emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ”creaming”. Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut. Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat. Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik. Cara kerja homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur emulsi sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun, 2012).

6.      Mixer
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran partikel tapi efek menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya digunakan untuk membuat emulsi tipe batch. Terdapat berbagai macam mixer yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan semi padat. Dalam hal ini sangat penting untuk merancang dan memilih mixer sesuai dengan jenis produk yang diproduksi atau sedang dicampur. Sebagai contoh: salah satu aspek desain mixer yang penting adalah seberapa baik/tahan dinding internal dari mixer. Hal ini karena terdapat beberapa permasalahan dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau pengikis harus fleksibel cukup untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam dinding mixer. Atau dengan kata lain, mata pisau atau pengaduk harus mampu mengaduk atau memindahkan bahan yang melekat pada dinding mixer tanpa merusak dinding mixer. Jika proses pengadukan tidak berjalan dengan baik (masih banyak bahan yang menempel/tersisa pada dinding mixer), maka hasil pencampurannya tidak akan homogen. Oleh karena mixer mempunyai aksi planetary mixing maka kemampuannya untuk mencampur fase air, fase minyak dan emulgator sangat tergantung pada macam pengaduk yang digunakan. Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan pula agar tidak terlalu banyak udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan membentuk buih atau bisa yang menggangu saat melakukan pembacaan volume sedimentasi (Lieberman HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun, 2012).

7.      Agitator Mixers
Secara prinsip mirip dengan mixer pengaduk yang digunakan untuk cairan dan untuk serbuk, memang mixer gerakan planetary sering digunakan untuk semi padat. Mixers dirancang khusus untuk semi padat yang biasanya memiliki bentuk lebih berat untuk menangani bahan dengan konsistensi lebih besar. Lengan pengaduk dirancang untuk menarik, meremas, membentuk dan bergerak sedemikian rupa sehingga bahan dibersihkan dari semua sisi dan sudut tempat pencampuran (Bhatt & Agrawal, 2007).
8.      Shear Mixers
Mesin yang dirancang untuk pengurangan ukuran ini dapat digunakan untuk mencampur. Tetapi meskipun gaya gesernya baik, efisiensi pencampuran umumnya buruk. Bentuk rotary mungkin digunakan dan colloid mill memiliki stator dan rotor dengan permukaan kerja kerucut. Rotor bekerja pada kecepatan antara 3.000-15.000 rpm dan pembersihan dapat diatur antara 50-500 mikrometer. Suspensi campuran kasar atau dispersi dimasukkan melalui corong dan dikeluarkan antara permukaan kerja dengan gaya sentrifugal (Bhatt & Agrawal, 2007).
9.      Planatory Mixer
Planatory mixer digunakan untuk pencampuran dan mengaduk bahan kental dan seperti bubur, planatory mixer tersebut masih sering digunakan untuk operasi dasar pencampuran dalam industri farmasi. Planatory mixer digunakan dengan kecepatan rendah untuk pencampuran kering dan kecepatan lebih cepat untuk peremasan yang diperlukan dalam granulasi basah (Bhatt & Agrawal, 2007).
10.  Double Planetary Mixers
Double planetary mixers mencakup dua bilah yang berputar pada sumbu mereka sendiri, sementara mereka mengorbit tempat mencampur pada sumbu umum. Bilah terus maju di sepanjang pinggiran tempat, menghapus bahan dari dinding tempat dan membawanya ke bagian interior. Berlawanan dengan conventional planetary mixer, negosiasi kedua konsfigurasi bilah menyapu dinding tempat searah jarum jam dan memutar dalam arah yang berlawanan pada sekitar tiga kali kecepatan perjalanan. Shear blades menggantikan bahan dari dinding tempat dan oleh aksi tumpang tindih mereka pusat membawa partikel ke arah agitator shafts, sehingga menghasilkan gaya geser yang luas. Dengan menggunakan bahan ini bahkan bahan yang sangat kental dan kohesif dapat dicampur secara efisien (Bhatt & Agrawal, 2007).
11.  Sigma mixer
Sigma mixer berisi pencampuran elemen (blades) dari dua tipe sigma dalam jumlah yang kontra berputar ke dalam untuk mencapai sirkulasi ujung ke ujung serta menyeluruh dan pencampuran yang seragam di pembersihan dekat atau tertentu dengan wadah. Produk campuran dapat dengan mudah diberhentikan dengan memiringkan wadah dengan tuas tangan secara manual baik dengan sistem roda gigi yang dioperasikan secara manual atau bermotor. Mixer yang lengkap dipasang pada baja dibuat dari kekuatan yang sesuai untuk menahan getaran dan memberikan performance (Bhatt & Agrawal, 2007).
12.  Sigma mixer 
Digunakan untuk proses granulasi basah dalam pembuatan tablet, massa pil dan salep. Hal ini terutama digunakan untuk pencampuran padat-cair meskipun bisa digunakan untuk campuran padat-padat juga.
13.  Ultrasonic Mixers
Metode yang efektif untuk menangani bentuk-bentuk tertentu dari masalah pencampuran adalah untuk permasalahan bahan terhadap getaran ultrasonik. Hal ini memiliki aplikasi khusus dalam pencampuran dalam preparasi emulsi (Bhatt & Agrawal, 2007).
14.  Colloid Mill
Colloid mill berguna untuk penggilingan, dispersi, homogenisasi dan merusak aglomerat dalam pembuatan pasta makanan, emulsi, coating, salep, krim, pulp, minyak, dll. Fungsi utama dari colloid mill adalah untuk memastikan kerusakan aglomerat atau dalam kasus emulsi untuk menghasilkan tetesan halus yang berukuran sekitar 1 mikron.
15.  Triple-Roller Mill
Berbagai jenis roller mill biasanya digunakan terdiri dari satu atau lebih rol, terutama triple-roller mill. Alat ini dilengkapi dengan tiga rol yang terdiri dari bahan tahan abrasi keras. Mereka dilengkapi sedemikian rupa sehingga mereka datang dalam kontak dekat satu sama lain dan berputar pada kecepatan yang berbeda. Materi yang datang di antara rol dihancurkan dan ukuran partikelnya dikurangi. Penurunan (Bhatt & Agrawal, 2007).

  
IV.   PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Proses pencampuran adalah salah satu operasi yang paling umum digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi. Berbagai macam bahan seperti cairan, semi padat dan padat memerlukan pencampuran selama mereka menjadi formulasi bentuk sediaan, karena itu, pilihan yang tepat dari pencampuran adalah peralatan diperlukan mengingat sifat fisik dari bahan-bahan seperti densitas, viskositas, pertimbangan ekonomi mengenai waktu proses diperlukan untuk pencampuran dan daya serta biaya peralatan dan pemeliharaan. Tujuan homogenisasi yaitu menjaga produk agar tetap homogeny dan kibat penghancuran globula lemak menjadikan proses creaming menjadi lambat.

4.2.Saran
Sebaiknya peralatan modern homogenisasi mudah di gunakan oleh masyarakat kalangan bawah. Hal ini agar masyarakat tersebut dapat memanfaatkannya dan memperbesar industri kecilnya.

                                    DAFTAR PUSTAKA

Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical Engineering. New Delhi: Delhi Institute of                                     Pharmaceutical Science and Research.
Brennan, J. G. dkk, (1969), Food Engineering Operations, Applied Science Publisher Limited,                       London.
Farmasiun.2012.Teknologi sediaan farmasi:teknik pencampuran dalam pembuatan sediaan semi                       padathttp://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/24/teknologi-sediaan-farmasi-teknik-pencampuran-dalam-pembuatan-sediaan-semi-padat/.(30 Oktober 2013).
Fellow, P., 1988, Food Processing Technology Principles and Practice, Ellis Horwood, New York.
Madinah J. 2008. Tech Lectures for the Pharmacy Technician: Section XXIV – Principles of                               Compounding. USA: Tech Lectures®.
Wirakartakusumah, Aman. dkk, 1992, Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan, Institut                             Pertanian Bogor, Bogor.

                                   





2 komentar:

  1. Dapusnya fajariyanto kok gak ada?

    BalasHapus
  2. If you're attempting to lose pounds then you absolutely need to try this totally brand new tailor-made keto meal plan.

    To design this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and chefs united to produce keto meal plans that are effective, painless, economically-efficient, and delicious.

    From their first launch in 2019, 1000's of people have already completely transformed their body and health with the benefits a good keto meal plan can give.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto meal plan.

    BalasHapus