MAKALAH SOIP
HOMOGENISASI DAN EMULSIFIKASI
OLEH:
Eka
murniati
BP 1301331002
Pembimbing:
Sri Kembaryanti Putri. ST. M. eng
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur tak
lupa penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
karuniaNya penulisan makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu yang telah di
tentukan. Dimana penulisan makalah ini
penulis beri judul “ homogenisasi dan emulsifikasi“.
Setelah membaca makalah ini ,
penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak, agar
kekurangan-kekurangan itu dapat penulis perbaiki, untuk masa-masa yang akan
datang.
Akhirnya penulis mengharapkan,
dengan adanya makalah ini semoga ada manfatnya bagi kita semua untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
Tanjuang pati, 2013
Eka Murniati
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................................ ii
I.
PENDAHULUAN
............................................................................... 1
1.1.
Tujuan ........................................................................................... 1
1.2.
Penulisan ....................................................................................... 1
II.
LANDASAN
TEORI ........................................................................ 2
III.
Hasil
dan Pembahasan ...................................................................... 3
3.1.Pencampuran .................................................................................. 3
3.2.Homogenisasi.................................................................................. 3
3.2.1
Pengaruh Homogenisasi
terhadap Stabilitas Emulsi........... 4
3.2.2
Alat Homogenisasi.............................................................. 4
3.3.Emulsifikasi.................................................................................... 5
3.4.Produk
Olahan Menggunkan Homogenisasi Dan Emulsifikasi...... 7
3.5.Beberapa
Alat Pencampur.............................................................. 10
IV.
PENUTUP........................................................................................... 17
4.1.Kesimpulan .................................................................................... 17
4.2.Saran .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknik
homogenisasi dan emulsifikasi ini merupakan suatu proses yang ada didalam
satuan operasional industri pangan. Teknik ini nantinya berguna untuk
menghomogenkan dua atau lebih suatu komponen yang akan dicampurkan. Homogenisasi
dan emulsifikasi merupakan bagian dari proses pencampuran.
1.2. Tujuan penulisan
Tentunya
penulisan makalah ini memiliki tujuan
baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya
adalah sebagai beikut:
Ø Penulis
lebih bisa memahami apa yang dimaksud dengan homogenisasi dan emulsifikasi.
Ø Pembaca
mengetahui lebih dekat mengenai peralatan dan olahan yang ada dengan teknik
homogenesisasi dan emulsifikasi.
Ø Tujuan
pencampuran adalah memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan
tercampur.
Ø menekankan
pemahaman tentang emulsi serta aplikasinya.
II.
LANDASAN
TEORI
Pencampuran
dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam
kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap
partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan
atau komponen lain (Madinah,
2008).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencampuran antara
lain adalah: ukuran partikel,
bentuk, dan densitas
dari masing-masing komponen,
efisiensi alat pencampur untuk masing-masing komponen, kadar air
permukaan bahan pangan, dan karakteristik aliran masing-masing bahan pangan
(Fellows, 1988).
Homogenisasi adalah operasi
ganda penurunan droplet (ukuran
partikel) dari fase terdispersi dan
sekaligus mendistribusikannya secara uniform
ke dalam fase kontinu. Jika fase terdispersi
ini adalah liquid, maka yang diperoleh
adalah emulsi setelah homogenisasi, dan jika solid yang dihasilkan adalah suspensi.
Untuk menghomogenisasi suatu campuran , maka campuran tersebut haruslah
mempunyai konsistensi yang mudah
untuk diperlakukan seperti fluida, karena homogeniser
umumnya dilengkapi dengan pompa (Wirakartakusumah, 1992).
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Pencampuran
Pencampuran
adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk menemukan
produkfarmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.
Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen
dalam kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa
sehingga setiap partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan
partikel bahan atau komponen lain. Proses ini melibatkan pencampuran gas,
cairan atau padatan dalam setiap kombinasi dan rasio dua atau lebih komponen
yang mungkin (Madinah, 2008).
Tujuan
pencampuran adalah untuk memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan
tercampur yang dapat ditentukan dengan mengambil sampel dari bagian terbesar
bahan dan menganalisisnya, yang harus mewakili komposisi dari keseluruhan
campuran. Untuk memulai atau
meningkatkan reaksi fisika atau kimia seperti difusi, disolusi, dll (Madinah,
2008).
3.2.
Homogenisasi
Homogenisasi merupakan proses mengubah
dua cairan yang sifatnya
immisible
(tidak bercampur) menjadi sebuah emulsi. Prinsip kerja homogenizer
rotor
stator adalah mengecilkan ukuran partikel
emulsi dengan menggerus dan
memotong
partikel emulsi yang besar dengan rotor (bergerak) dan stator (diam)
menjadi
partikel yang lebih kecil. Emulsi akan tertarik oleh dorongan pusaran
rotor
stator kemudian masuk kedalam batang rotor stator. Emulsi kemudian
didorong
keluar oleh pemotong partikel (rotor) homogenizer setelah penggerusan (shear
force). Frekuensi droplet masuk kedalam rotor stator homogenizer sejalan
dengan lamanya homogenisasi.
3.2.1.
Pengaruh
Homogenisasi terhadap Stabilitas Emulsi
Kestabilan emulsi merupakan proses
pemisahan emulsi yang berjalan lambat sehingga proses tersebut tidak teramati
selama selang waktu yang diinginkan. Pengaruh perlakuan kecepatan putaran homogenizer
dan waktu homogenisasi terhadap stabilitas emulsi diukur dengan mengukur
kemampuan pembentukan emulsi setelah dilakukan pemanasan dan sentrifugasi.
Menurut Fajariyanto (1987) Stabilitas
emulsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor
yang besarnya bergantung pada komposisi emulsi dan metode pengolahan.
Faktor-faktor
internal yang mempengaruhi stabilitas emulsi terdiri dari tipe dan
konsentrasi
bahan pengemulsi, jenis dan konsentrasi komponen-komponen fasa
terdispersi
dan fase pendispersi, viskositas fasa pendispersi, perbandingan fasa
terdispersi
terhadap fasa pendispersi, dan ukuran partikel. Sedangkan factor-faktor
eksternal
yang mempengaruhi stabilitas emulsi terdiri dari pengadukan atau
pengocokan,
penguapan dan suhu. Stabilitas emulsi juga tergantung pada ukuran droplet pada
fase terdispersinya. Ukuran droplet yang semakin kecil menandakan produk emulsi
yang semakin stabil. Ukuran droplet emulsi diukur dengan menggunakan alat
Particle Size.
3.2.2. Alat Homogenisasi
- Viscolizer,
atau sonic vibrator
- Menggunakan
beberapa menit energi habis untuk menghancurkan lemak.
- Lebih
dari 99% energi diubah menjadi panas
- Prinsip:
produk melewati lubang sempit, sehingga glubula lemak menjadi lebih kecil
- Vibrasi
rata-rata 360 putaran/detik.
3.3.
Emulsifikasi
Emulsifikasi
dapat terjadi pada air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Jika kita
hendak mencampurkan keduanya, maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tingkat polaritas di antara dua zat
tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar. Sedangkan minyak
merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan keduanya
tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar, sedangkan
gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase
cairan yang tidak saling melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk
globula (fase terdispersi) di dalam cairan lainnya (fase kontinyu).
Didalam proses pembuatan
emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih bahan kimia yang tergolong
ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga
mempermudah terbentuknya emulsi. Makanan atau minuman olahan yang
terdiri dari lemak/minyak dan air secara bersamaan maka di dalamnya pasti ada
bahan pengemulsi. Sebab jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan terjadi
pemisahan antara keduanya.
Emulsi disebut juga suatu sistem yang terdiri
dari dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang
terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan
yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi.
Aktivitas emulsi protein adalah kemampuan protein mengambil bagian dalam
pembentukan emulsi dan dalam menstabilkan emulsi yang baru terbentuk.
Kapasitas emulsi adalah kemampuan
larutan atau suspensi protein untuk mengemulsikan minyak. Sedangkan stabilitas
emulsi adalah kemampuan droplet emulsi untuk tetap terdispersi tanpa mengalami
koalesens, flokulasi, dan creaming. Berdasarkan mekanisme hidrofobisitas,
protein ampifilik yang memiliki hidrofobisitas permukaan yang tinggi diadsorpsi
pada permukaan minyak/air.
Fungsi-fungsi pengemulsi pangan
dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama yaitu :
1. Untuk mengurangi tegangan permukaan
pada permukaan minyak dan air, yang mendorong pembentukan emulsi dan
pembentukan kesetimbangan fase antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan
yang memantapkan antara emulsi.
2. Untuk sedikit mengubah sifat-sifat
tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk pangan, dengan pembentukan
senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan protein.
3. Untuk memperbaiki tekstur produk
pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.
Sistem kerja emulsifier berhubungan
erat dengan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial). Selama
emulsifikasi, emulsifier berfungsi menurunkan tegangan interfasial sehingga
mempermudah pembentukan permukaan interfasial yang sangat luas. Bila tegangan
interfasial turun sampai di bawah 10 dyne per cm, maka emulsi dapat dibentuk.
Sedangkan bila tegangan interfasial mendekati nilai nol, maka emulsi akan
terbentuk dengan spontan. Penerapan metode kimia dan enzimatis untuk
memodifikasi sifat kimia dan fungsional dari protein makanan memiliki sejarah
panjang dari penggunaan, modifikasi protein secara kimiawi dan enzimatis sering
dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat fungsionalnya, yaitu kelarutan,
kapasitas penyerapan air, sifat pengemulsian, dan pembuihan. Modifikasi secara
kimiawi dapat dilakukan dengan cepat dan biaya rendah, namun berperah terhadap
nilai gizinya. Sedangkan modifikasi secara enzimatis membutuhkan jenis enzim
dan kondisi proses yang spesifik, meskipun pengaruhnya terhadap nilai gizi
kecil. seperti digambarkan oleh modifikasi enzimatik protein susu untuk
menghasilkan yogurt dan keju.
3.4.
Produk
Olahan Menggunkan Homogenisasi Dan Emulsifikasi
1. Keju
Keju
berasal dari protein susu (kasein) yang digumpalkan, kemudian dicetak.
Penggumpalan kasein dapat terjadi akibat aktivitas enzim renin ataupun
aktifitas bakteri asam laktat. Penambahan asam laktat ke dalam susu akan
menyebabkan kasein menggumpal dan menimbulkan cita rasa serta aroma keju.
Bakteri asam laktat yang biasa digunakan dalam proses pembuatan keju adalah
Lactobacillus dan Streptococcus.
2. Yoghurt
Yoghurt
merupakan minuman susu asam yang dibuat dengan cara menambahkan bakteri laktat,
misalkan Strptococcus Thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus ke dalam susu.
Bakteri laktat berfungsi untuk mengumpulkan protein susu dan meningkatkan
citarasa serta aroma yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, susu dipasteurisasi
terlebih dahulu, kemudian sebagian besar lemaknya dibuang. Mikroorganisme yang
digunakan adalah bakteri asam laktat L. bulgaricus atau S. thermophikus. Kedua
bakteri tersebut ditambahkan pada susu dalam jumlah yang seimbang, lalu
disimpan dalam suhu 45˚C selama lima jam. Dalam penyimpanan ini pH turun
menjadi 5,5 akibat aktifitas bakteri asam laktat. Setelah proses ini, susu
didinginkan dan dapat ditambahkan cita rasa buah jika diinginkan.
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua
fase cairan yang tidak saling melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk
globula (fase terdispersi) di dalam cairan lainnya (fase kontinyu).
Didalam proses pembuatan
emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih bahan kimia yang tergolong
ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan emulsifier adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial) sehingga
mempermudah terbentuknya emulsi.
3. Roti
Pembuatan
roti memerlukan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae. Mikroorganisme
tersebut akan memfermentasikan gula di dalam adonan menjadi CO dan alkohol
sehingga adonan mengembang. Dalam proses ini, ragi tidak memecah tepung menjadi
gula karena tidak menghasilkan enzim amilase. Selain untuk mengembangkan dan
meberikan rasa saat dipanggang, uap CO hasil fermentasi ragi juga meninggalkan
tekstur yang khas dan menyebabkan roti menjadi ringan.
4. Mentega
Dalam
pembuangan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis
dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu
ditambahkan dengan cita rasa tertentu,kemudian lemak mentega dipisahkan.
Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap makan.
5. Kecap
Pembuatan
kecap memerlukan jamur Aspergillus oryzae. Jamur ini ditimbulkan dalam kulit
gandum terlebih dahulu. Selanjutnya, jamur bersama-sama dengan bakteri asam
laktat yang tumbuh pada kedelai yang sudah dimasak akan menghancurkan campuran
gandum. Setelah melalui fermentasi karbohidrat yang cukup lama maka dihasilkan
kecap.
6. Susu
Susu merupakan cairan yang dihasilkan
dari kelenjar mamae (ambing) yang dihasilkan oleh binatang mamalia untuk
makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia. Proses
pembuatan susu melalui beberapa tahap yaitu, pasteurisasi, homogenisasi, pengemas (packing), ice
bank,
tanki.
3.5. Beberapa Alat Pencampur
1. Spatula
Spatula biasanya digunakan untuk memindahkan bahan padat seperti serbuk, salep,
atau krim. Mereka juga digunakan untuk mencampur bahan bersama-sama menjadi
campuran homogen. Spatula tersedia dalam stainless steel, plastik
dan hard rubber. Jenis spatula yang digunakan tergantung pada apa yang sedang
dipindahkan atau dicampur (Madinah, 2008).
2. Mortar
dan Stamper
Mortar
dan stamper digunakan untuk menggiling partikel ke dalam bubuk halus
(triturasi). Penggabungan cairan (levigasi) dapat mengurangi ukuran partikel
lebih lanjut. Mortar dan stamper terbuat dari kaca, porselin, wedgwood atau
marmer. Kaca lebih baik digunakan untuk pencampuran bentuk sediaan cairan dan
semi padat (Madinah, 2008).
3. Ointment Slab
Sama
halnya dengan mortar, stamper, dan spatula, ointment slab merupakan
andalan di pengaturan farmasi. Ointment slab memberikan
permukaan yang keras dan bersih untuk pencampuran senyawa. Sebagian besar ointment
slab berupa plat kaca yang permukaannya non-absorbable.
Untuk beberapa peracikan, apotek banyak membeli kertas perkamen yang melayani
tujuan yang sama ketika ditempatkan di atas slab salep, tapi mudah dibuang
setelah digunakan tanpa pembersihan yang diperlukan termasuk antara campuran
(Madinah, 2008).
4. Blender
Blender dilengkapi dengan pengadukan pisau, melalui pengadukan
dengan kecepatan tinggi akan memberikan energi kinetik yang dapat menggerakkan
cairan dalam wadah sehingga dapat mendispersikan fase dispersi ke dalam medium
dispersinya. Selain itu blender juga dapat menghomogenkan
campuran dan memperkecil ukuran partikel. Dengan adanya pengadukan
mengakibatkan terjadinya tumbukan antarpartikel dispers. Bila tumbukan terjadi
terus-menerus maka terjadi transfer massa sehingga ukuran partikel menjadi semakin
kecil. Ukuran partikel yang kecil biasanya sukar homogen karena gaya
kohesivitasnya tinggi sehingga cendrung memisah. Namun kelemahan alat ini
adalah muah terbentuk buih/busa yang dapat menggangu pengamatan selanjutnya.
Penggunaan emulgator hidrokarbon akan membuat makromolekul dari hidrokarbon
terpotong-potong sehingga dapat mempengaruhi kestabilan emulsi yang terbentuk (Lieberman
HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun,
2012).
5. Homogenizer
Homogenizer paling efektif dalam memperkecil ukuran fase dispers kemudian
meningkatkan luas permukaan fase minyak dan akhirnya meningkatkan viskositas
emulsi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya ”creaming”.
Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa
melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut.
Homogenizer umumnya terdiri dari pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada
kisaran 500-5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup
penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang kuat.
Ketika tekanan meningkat, spiral ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas
di antara katup dan tempat (dudukan) katup. Pada titik ini, energi yang
tersimpan dalam cairan sebagian tekanan dilepaskan secara spontan sehingga
produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidrolik. Cara kerja
homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel
rata-rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur
emulsi sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun, 2012).
6. Mixer
Mixer memiliki sifat menghomogenkan sekaligus memperkecil ukuran
partikel tapi efek menghomogenkan lebih dominan. Mixer biasanya
digunakan untuk membuat emulsi tipe batch. Terdapat berbagai macam
mixer yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan semi padat. Dalam hal ini
sangat penting untuk merancang dan memilih mixer sesuai dengan jenis produk
yang diproduksi atau sedang dicampur. Sebagai contoh: salah satu aspek
desain mixer yang penting adalah seberapa baik/tahan dinding
internal dari mixer. Hal ini karena terdapat beberapa permasalahan
dengan baja tahan karat dari mixer sebab mata pisau pengikis
harus fleksibel cukup untuk memindahkan/mengaduk bagian dalam dinding mixer.
Atau dengan kata lain, mata pisau atau pengaduk harus mampu mengaduk atau
memindahkan bahan yang melekat pada dinding mixer tanpa
merusak dinding mixer. Jika proses pengadukan tidak berjalan dengan
baik (masih banyak bahan yang menempel/tersisa pada dinding mixer),
maka hasil pencampurannya tidak akan homogen. Oleh karena mixer mempunyai
aksi planetary mixing maka kemampuannya untuk mencampur fase
air, fase minyak dan emulgator sangat tergantung pada macam pengaduk yang
digunakan. Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus diperhatikan pula agar
tidak terlalu banyak udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan karena akan
membentuk buih atau bisa yang menggangu saat melakukan pembacaan volume
sedimentasi (Lieberman HA & Lachmann, 1994 cit Farmasiun, 2012).
7. Agitator
Mixers
Secara
prinsip mirip dengan mixer pengaduk yang digunakan untuk
cairan dan untuk serbuk, memang mixer gerakan planetary sering
digunakan untuk semi padat. Mixers dirancang khusus untuk semi
padat yang biasanya memiliki bentuk lebih berat untuk menangani bahan dengan
konsistensi lebih besar. Lengan pengaduk dirancang untuk menarik, meremas, membentuk
dan bergerak sedemikian rupa sehingga bahan dibersihkan dari semua sisi dan
sudut tempat pencampuran (Bhatt & Agrawal, 2007).
8. Shear
Mixers
Mesin
yang dirancang untuk pengurangan ukuran ini dapat digunakan untuk mencampur.
Tetapi meskipun gaya gesernya baik, efisiensi pencampuran umumnya buruk.
Bentuk rotary mungkin digunakan dan colloid mill memiliki
stator dan rotor dengan permukaan kerja kerucut. Rotor bekerja pada kecepatan
antara 3.000-15.000 rpm dan pembersihan dapat diatur antara 50-500 mikrometer.
Suspensi campuran kasar atau dispersi dimasukkan melalui corong dan dikeluarkan
antara permukaan kerja dengan gaya sentrifugal (Bhatt & Agrawal, 2007).
9. Planatory
Mixer
Planatory mixer digunakan untuk pencampuran dan mengaduk bahan kental
dan seperti bubur, planatory mixer tersebut masih sering
digunakan untuk operasi dasar pencampuran dalam industri farmasi. Planatory
mixer digunakan dengan kecepatan rendah untuk pencampuran kering dan
kecepatan lebih cepat untuk peremasan yang diperlukan dalam granulasi basah
(Bhatt & Agrawal, 2007).
10. Double
Planetary Mixers
Double planetary mixers mencakup dua bilah yang
berputar pada sumbu mereka sendiri, sementara mereka mengorbit tempat mencampur
pada sumbu umum. Bilah terus maju di sepanjang pinggiran tempat, menghapus
bahan dari dinding tempat dan membawanya ke bagian interior. Berlawanan
dengan conventional planetary mixer, negosiasi kedua konsfigurasi
bilah menyapu dinding tempat searah jarum jam dan memutar dalam arah yang
berlawanan pada sekitar tiga kali kecepatan perjalanan. Shear blades menggantikan
bahan dari dinding tempat dan oleh aksi tumpang tindih mereka pusat membawa
partikel ke arah agitator shafts, sehingga menghasilkan gaya geser
yang luas. Dengan menggunakan bahan ini bahkan bahan yang sangat kental dan
kohesif dapat dicampur secara efisien (Bhatt & Agrawal, 2007).
11. Sigma mixer
Sigma mixer berisi pencampuran elemen (blades) dari dua
tipe sigma dalam jumlah yang kontra berputar ke dalam untuk mencapai sirkulasi
ujung ke ujung serta menyeluruh dan pencampuran yang seragam di pembersihan
dekat atau tertentu dengan wadah. Produk campuran dapat dengan mudah
diberhentikan dengan memiringkan wadah dengan tuas tangan secara manual baik
dengan sistem roda gigi yang dioperasikan secara manual atau bermotor. Mixer yang
lengkap dipasang pada baja dibuat dari kekuatan yang sesuai untuk menahan
getaran dan memberikan performance (Bhatt & Agrawal,
2007).
12. Sigma
mixer
Digunakan
untuk proses granulasi basah dalam pembuatan tablet, massa pil dan salep. Hal
ini terutama digunakan untuk pencampuran padat-cair meskipun bisa digunakan untuk
campuran padat-padat juga.
13. Ultrasonic
Mixers
Metode
yang efektif untuk menangani bentuk-bentuk tertentu dari masalah pencampuran
adalah untuk permasalahan bahan terhadap getaran ultrasonik. Hal ini memiliki
aplikasi khusus dalam pencampuran dalam preparasi emulsi (Bhatt & Agrawal,
2007).
14. Colloid
Mill
Colloid mill berguna untuk penggilingan, dispersi, homogenisasi dan
merusak aglomerat dalam pembuatan pasta makanan, emulsi, coating,
salep, krim, pulp, minyak, dll. Fungsi utama dari colloid mill adalah
untuk memastikan kerusakan aglomerat atau dalam kasus emulsi untuk menghasilkan
tetesan halus yang berukuran sekitar 1 mikron.
15. Triple-Roller
Mill
Berbagai
jenis roller mill biasanya digunakan terdiri dari satu atau
lebih rol, terutama triple-roller mill. Alat ini dilengkapi dengan
tiga rol yang terdiri dari bahan tahan abrasi keras. Mereka dilengkapi
sedemikian rupa sehingga mereka datang dalam kontak dekat satu sama lain dan
berputar pada kecepatan yang berbeda. Materi yang datang di antara rol
dihancurkan dan ukuran partikelnya dikurangi. Penurunan (Bhatt & Agrawal,
2007).
IV. PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Proses pencampuran adalah salah satu
operasi yang paling umum digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi. Berbagai
macam bahan seperti cairan, semi padat dan padat memerlukan pencampuran selama
mereka menjadi formulasi bentuk sediaan, karena itu, pilihan yang tepat dari
pencampuran adalah peralatan diperlukan mengingat sifat fisik dari bahan-bahan
seperti densitas, viskositas, pertimbangan ekonomi mengenai waktu proses
diperlukan untuk pencampuran dan daya serta biaya peralatan dan pemeliharaan.
Tujuan homogenisasi yaitu menjaga produk agar tetap homogeny dan kibat
penghancuran globula lemak menjadikan proses creaming menjadi lambat.
4.2.Saran
Sebaiknya peralatan modern
homogenisasi mudah di gunakan oleh masyarakat kalangan bawah. Hal ini agar
masyarakat tersebut dapat memanfaatkannya dan memperbesar industri kecilnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical
Engineering. New Delhi: Delhi Institute of Pharmaceutical Science and
Research.
Brennan,
J. G. dkk, (1969), Food Engineering Operations, Applied Science
Publisher Limited, London.
Farmasiun.2012.Teknologi
sediaan farmasi:teknik pencampuran dalam pembuatan sediaan semi padat. http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/24/teknologi-sediaan-farmasi-teknik-pencampuran-dalam-pembuatan-sediaan-semi-padat/.(30 Oktober 2013).
Fellow,
P., 1988, Food Processing Technology Principles and Practice,
Ellis Horwood, New York.
Madinah J. 2008. Tech
Lectures for the Pharmacy Technician: Section XXIV – Principles of Compounding.
USA: Tech Lectures®.
Wirakartakusumah,
Aman. dkk, 1992, Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dapusnya fajariyanto kok gak ada?
BalasHapusIf you're attempting to lose pounds then you absolutely need to try this totally brand new tailor-made keto meal plan.
BalasHapusTo design this keto diet, certified nutritionists, fitness couches, and chefs united to produce keto meal plans that are effective, painless, economically-efficient, and delicious.
From their first launch in 2019, 1000's of people have already completely transformed their body and health with the benefits a good keto meal plan can give.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto meal plan.