MAKALAH
KIMIA
TENTANG
PROSES PEMBUATAN GULA PASIR
(Karbonatasi)
Oleh
:
NBP.1301331002
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PANGAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat
masa kini terus meningkat akan kebutuhan mereka dengan mengkonsumsi gula pasir
setiap hari. Industri yang menggunakan bahan baku gula pasir juga semakin
meningkat, meningkatnya konsumsi akan hal tersebut hendaknya disertai dengan
peningkatan produksi gula. Namun, produksi gula dalam negeri belum mencukupi
kebutuhan tersebut, sehingga masih dibutuhkan gula impor. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah agar terpenuhi kebutuhn akan gula pasir. Untuk mempercepat
proses produksi pembuatan gula pasir tidak dilakukan secara tradisional lagi,
melainkan menggunakan mesin-mesin pembuatan gula.
Produksi
gula menggunakan mesin lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pembuatan
gula secara tradisional. Pabrik-pabrik gula tradisional biasanya hanya
menghasilkan gula dalam skala kecil. Hasil dari pembuatan gula tradisional
kualitasnya lebih rendah, karena gula yang dihasilkan berwarna kecoklatan ataun
kuning. Hal ini menjadikan masyarakat enggan membeli dan distribusi gula jenis
ini hanya terbatas padas masyarakat sekitar pabrik. Sementara itu, pabrik
modern menghasilkan dalam skala besar dengan gula berwarna putih dan mutunya
baik.
Berdasarkan
kenyataan diatas, maka penyusun memilih ssebuah karya tulis yang berjudul
“PROSES PEMBUATAN GULA PASIR (KARBONATASI)”. Dalam karya tulis ini penyusun
membahas mengenai proses pembuatan gula pasir (karbonatasi).
II.
PERMASALAHAN
22.1. Morfologi Tanaman Tebu
Nama
hanya dikenal di Indonesia. Di lingungan internasional tanaman ini lebih
dikenal dengan nama ilmiahnya, Saccharum
Officinarum L. Jenis ini termasuk dalam family Gramineae atau lebih dikenal
sebagai kelompok rumput-rumputan. Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu batang, daun, akar, dan bunga (Indriani dan
Sumiarsih, 1992).
11.
Batang
Batang tanaman tebu
berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-buku. Pada setiap buku
terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal dari mata tunas yang berada
dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter
batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.
22.
Akar
Akar tanaman tebu
termasuk akar serabut tidak panjang yang tumbuh dari cincin tunas anakan. Pada
fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar dibagian yang lebih atas akibat
pemberian tanah sebagai tempat tumbuh.
33. Daun
Daun tebu berbentuk
busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri, berpelepah seperti daun
jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah berlekuk. Tepi daun
kadang-kadang bergelombang serta berbulu keras
44.
Bunga
Bunga tebu berupa malai
dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa karangan
bunga dan pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm.
Terdapat pula benangsari, putik dengan dua kepala putik dan bakal biji.
55.
Buah
Buah tebu seperti padi,
memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji tebu dapat
ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang
lebih unggul (Syakir, 2010).
22.2.Kandungan tebu
Menurut
Indriani dan Sumiarsih, 1992, Bila tebu dipotong terlihat serat-serat dan
terdapat cairan yang manis. Serat dan kulit batang biasa disebut sabut dengan
persentase sekitar 12,5% dari bobot tebu. Cairannya disebut nira dengan
persentase 87,5%. Nira terdiri dari air dan bahan kering. Bahan kering tersebut
ada yang larut dan ada pula yang tidak larut dalam nira. Gula yang merupakan
produk akhir dari pengolahan tebu terdapat dalam bahan kering yang larut dalam
nira.
Nira
yang terlihat berupa cairan mengandung banyak unsur-unsur penting, antara lain
sebagai berikut.
11. Amylum
atau karbohidrat
22. Sakrosa
atau gula tebu.
Bentuk
sakrosa murni berupa Kristal/hablur, tidak berair, dengan rasa manis, dan
berwarna putih jernih. Bila dipanaskan pada suhu 100-160%, sakrosa akan meleleh
menjadi cair. Apabila suhu lebih panas lagi, air akan menguap sehingga
terbentuk karamel. Kandungan sakrosa optimal, yakni menjelang berbunga. Apabila
ditambah air, sakrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa.
33. Glukosa
dan fruktosa atau gula terurai atau gula invert.
Glukosa
murni berupa kristal bentuk tiang dan bebas air dengan titik lebur 146ºC. Bila
tanaman semakin tua, kandungan glukosanya semakin tinggi. Fruktosa murni berupa
kristal berbentuk jarum, banyak terdapat sewaktu tanaman masih muda. (Indriani
dan Sumiarsih, 1992).
Pada
proses pembuatan gula kasar dengan defekasi, penghilangan warna belum
berlangsung efektif karena hanya sebagian kecil zat pembentuk warna yang dapat
dihilangkan. Selain itu, masih terdapat bahan pengotor, seperti asam amino dan
gula pereduksi yang dapat membentuk warna dengan mekanisme reaksi pencoklatan
non enzimatik pada proses penguapan dan pemasakan sehingga zat warna tersebut
terkristalkan dalam gula kasar. Oleh karena itu, proses pemucatan gula kasar
menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas gula kristal (Namiki, 1988 cit ardriansah, 2007).
Proses
penghilangan bahan pengotor, termasuk zat warna dari larutan gula kasar dengan
karbonatasi adalah lebih baik dibandingkan dengan defekasi dan sulfitasi
(Goutara dan Wijandi, 1975 cit ardriansah,
2007). Dalam karbonatasi, terjadi reaksi pembentukan endapan senyawa kalsium
karbonat (CaCO3) oleh kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas karbondioksida
(CO2). Senyawa kalsium karbonat akan mengadsorpsi dan mengendapkan bahan-bahan
pengotor termasuk zat warna (Mathur, 1978). Peningkatan suhu reaksi akan
mempercepat terbentuknya senyawa kalsium karbonat, mempercepat penghilangan
bahan pengotor, dan pemucatan larutan gula kasar. Namun, meningkatnya suhu akan
menyebabkan terjadinya karamelisasi gula pereduksi dan meningkatnya 3reaksi
Maillard (Whitfield, 1992, cit Ardiansah,
2007).
III.
PEMBAHASAN
33.1. Pengolahan Gula Pasir
Pengolahan
tebu menjadi gula pasir biasanya dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
sebagian besar bekerja secara otomatis. Beberapa tahap pengolahan gula putih,
yaitu ektraksi nira, penjernihan, penguapan, kristalisasi, pemisahan Kristal,
dan pengeringan, pengemasan, serta penyimpanan.
1. Ekstraksi
nira
Ekstraksi adalah
proses pemerahan cairan tebu (nira) dari batangnya dengan menggunakan gilingan
yang terbuat dari kayu atau dari logam. Penggilingan dari kayu merupakan alat
sederhana yang biasa digunakan petani secara tradisional. Tenaga penggeraknya
berupa sapi. Alat penggiling tebu yang digunakan PG berupa satu rangkaian alat
pengerja pendahuluan (Voorbeweer Kers) yang
dirangkai dengan alat gilingan dari logam. Alat pengerja pendahuluan berfungsi
sebagai pemotong dan pencacah tebu. Sedangkan alat gilingan dari logam
digunakan untuk memerah nira setelah batang tebu mengalami pencacahan.
2. Pemurnian Gula
Proses pemurnian
gula adalah proses menghilangkan bahan pengotor secara maksimum. Tujuan dari
proses pemurnian ini adalah (1) membuang bahan pengotor dengan mempercepat
pemisahan atau penghancuran anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira pada
keadaan koloid karena hal tersebut dapat meningkatkan konsentrasi gula yang
tersedia untuk dikristalkan, (2) memisahkan bahan padat yang tersuspensi di
dalam nira pada keadaan koloid. Kotoran ini tidak bisa dipisahkan dengan
penyaringan sederhana, sehingga diperlukan aksi dari susu kapur dan panas.
(Mathur, 1978 cit Ardiansah, 2007).
Proses pemurnian raw
sugar terdapat beberapa cara antara lain defekasi, magnesia, karbonatasi,
sulfitasi, dan fosfatasi (Mathur, 1978). Pada penambahan lime atau kapur
dapat ditambahkan pada suhu nira 35-40°C , 72-76°C atau pada 100°C (Reece,
2003). Bahan pengotor yang dapat dihilangkan dengan defekasi, sulfitasi, dan
karbonatasi adalah 12,7%, 11,7%, dan 27,9%. (Mathur, 1978 cit Ardiansah, 2007). Larutan nira terdiri dari beberapa komposisi
yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel
2. Komposisi nira tebu
No
|
Komponen
|
Komposisi (%)
|
1
|
Sukrosa
|
11-14
|
2
|
Gula pereduksi
|
0,5-2
|
3
|
Senyawa organic
|
0,15-2,0
|
4
|
Zat anorganik
|
0,5-2,5
|
5
|
Sabut
|
10-15
|
6
|
Zat Warna, malam dan gum
|
7,5-15
|
7
|
Air
|
60-80
|
Sumber : Moerdokusumo (1993)
3.
Proses
Penjernihan Dengan Cara Karbonatasi
Proses karbonatasi merupakan reaksi yang
terjadi akibat interaksi susu kapur (Ca(OH)2) dan gas CO2 membentuk
senyawa kalsium karbonat (CaCO3). Susu kapur (Ca(OH)2)
dibuat dengan mereaksikan kapur tohor (CaO) dengan air (H2O)
(Soejardji, 1987). Mekanisme pembentukan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) dapat
dilihat pada persamaan 1, 2, 3, 4 dan 5 (Chen dan Chou, 1993; Mathur, 1978 cit adriansah,2007).
CaO + H2O (Ca(OH)2)
…..............................(1)
Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH- ..................................(2)
CO2 + H2O H2CO3 …..............................(3)
Ca2+ + CO32- →
CaCO3 …..............................(4)
Ca(OH)2+CO2 CaCO3 + H2O
..................................(5)
Proses
karbonatasi akan terjadi adsorbsi bahan pengotor, bahan penyebab warna, gum,
asam organik, dan lain-lain. Namun reaksi karbonatasi tidak hanya berlangsung
sederhana tetapi terjadi dalam beberapa tahapan. Penambahan susu kapur
menyebabkan terjadinya dua aksi, yang pertama reaksi susu kapur dengan CO2 membentuk
kristal CaCO3,
yang kedua reaksi susu kapur dengan sukrosa membentuk kalsium sakarat. Jika
kalsium sakarat direaksikan dengan CO2, maka akan terbentuk senyawa
intermediet kalsium hidrosukrokarbonat. Jika pada senyawa tersebut dikenakan
penambahan panas, maka senyawa tersebut akan terurai menjadi kristal CaCO3,
sukrosa, dan air. Kristal CaCO3 yang dihasilkan dari kedua aksi susu
kapur tersebut saling berikatan membentuk kesatuan kristal CaCO3 yang
mampu mengadsorpsi bahan-bahan pengotor. (Chen dan Chou, 1993; Mathur, 1978 cit adriansah, 2007).
4.
Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira
jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar air dilakukan
penguapan (evaporasi).
Dipabrik
gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa evaporator dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang bekerja dari satu
bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas bidang pemanas 5990m2
vo.
Dalam
bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas uap bekas secara
tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira yang
diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas
yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari
bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan nomor
1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di dalam
bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada
bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan
sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing
dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor
sentral dengan perantara pompa vakum.
5.
Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun
penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira
pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat
jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu
ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit
(seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan
menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg,
sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak
akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula
dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
6.
Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan
dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat
ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1.
3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
2.
4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
3.
2 buah western stated CCS untuk D awal.
4.
6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
5.
3 buah BNA 850 K untuk gula D.
Dalam tingkatan pengkristalan,
pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B. Pada tingkat ini terjadi
poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan gaya sentrifugal. Dengan
adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada tingkat D
dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).
7. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula
hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-kira 20% . Gula yang mengandung air
akan mudah rusak dibandingkan gula kering, untuk menjaga agar tidak rusak
selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.
pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan memakai udara panas
kira-kira 800c. Pengeringan gula
secara alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang
panjang, melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara
pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran
udara panas.
Penimbangan
termasuk tahap pengemasan. Ini bisa dilakukan secara otomatis atau manual.
Demikian pula pengerjaan menjahit karung, bisa dijahit tangan maupun mesin. Kondisi
gudang untuk penyimpanan harus memenuhi syarat tertentu yaitu kadar air anara
10-15%. Penyimpanan dilakukan dengan cara penumpukkan karung yang diatur
serapat mungkin dan teratur.
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas
maupum kuantitas, penggunaan mesin-mesin (mekanisaai) merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang
digunakan bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang
digunakan oleh pabrik-pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh
manusia. Mesin-Mesin tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi.
Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap
menggunakan mesin-mesin tersendiri. Adapun tahapan-tahapan pembuatan gula itu
adalah :
1. Tahapan
pemerahan nira (ekstasi);
2. Tahapan
pemurnian nira;
3. Tahapan
penguapan nira;
4. Tahapan
kristalisasi;
5. Tahapan
pemisahan kristal; dan
6. Tahapan
pengeringan.
Mesin-mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di
atas digerakan oleh tenaga yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit
tenaga uap. Sedangkan bahan bakar untuk pembangkitan tenaga uap itu sendiri
berupa ampas tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira.
Produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi
dibandingkan dengan produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih.
Kekurangan produksi gula menggunakan mesin manual adalah tingkat produksi gula
belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat.
B. Saran
Penggunaan mesin-mesin pembuat gula (mekanisasi) memang telah mampu
meningkatkan produksi gula, tetapi hasilnya belum cukup memuaskan. Tingkat
produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat karena itu,
uapnya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri masih harus diupayakan.
Kalau selama ini mesin-mesin yang digunakan di pabrik gula masih bersifat
manual (tidak berteknologi canggih), mungkin untuk masa yang akan datang
mesin-mesin yang digunakan harus lebih canggih. Dengan mesin-mesin berteknologi
tinggi (canggih ) produksi gula akan lebih meningkat, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas dibanding dengan produksi gula saat ini.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriani,
Y. H. dan Sumiarsih, E.sawah dan tegalan.,1994. Pembudidayaan tebu di lahan.
Jakarta. 112 hal.
Moerdokusumo,
A. 1993. Pengawasan Kualitas dan Teknologi Pembuatan Gula di Indonesia. Penerbit ITB Bandung. Bandung.
Syakir,
M. 2010. Budidaya dan pasca panen tebu. Jakarta. 40 hal.
Achyadi
N.S dan I. Maulidah. 2004. Pengaruh Banyaknya Air Pencuci Dan Ketebalan Masakan
Pada Proses Sentrifugal Terhadap Kualitas Gula. Jurnal Informasi dan Teknologi
Vol 6 No 4.
Chen,
J. C. P dan C. Chou. 1993. Cane Sugar Handbook. Twelfth Edition. Elsevier
Scientofic Publishing Company. Amsterdam-Oxford-New York.
Soedjarji,
1987. Dasar-dasar Teknologi Gula. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Standar
raw sugar. 1996. Sekretariat Dewan Gula Indonesia.
Ardiansah, A., 2007, optimasi
karbonatasi untuk pemucatan raw sugar dengan menggunakan reactor venturibersirkulasi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/2506/F07aar.pdf;jsessionid=EEDC57C68E5A6DE48F8CF9E6E77A6386?sequence=4
(12 Oktober 2013)
Look at the way my partner Wesley Virgin's story starts in this SHOCKING AND CONTROVERSIAL video.
BalasHapusAs a matter of fact, Wesley was in the military-and shortly after leaving-he discovered hidden, "self mind control" tactics that the government and others used to get whatever they want.
These are the exact same tactics tons of famous people (especially those who "became famous out of nowhere") and the greatest business people used to become rich and famous.
You've heard that you only use 10% of your brain.
Mostly, that's because the majority of your brainpower is UNCONSCIOUS.
Maybe that expression has even taken place INSIDE OF YOUR own mind... as it did in my good friend Wesley Virgin's mind 7 years ago, while riding an unregistered, beat-up garbage bucket of a car with a suspended driver's license and $3 on his bank card.
"I'm so fed up with going through life payroll to payroll! When will I become successful?"
You've taken part in those types of thoughts, am I right?
Your own success story is waiting to start. You just have to take a leap of faith in YOURSELF.
Learn How To Become A MILLIONAIRE Fast
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Coagulan
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Coagulant
Flokulan,nutrisi, bakteri
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium